Abad ke-21 merupakan awal milenium ketiga dalam sejarah umat manusia. Pada milenium ini dunia melakukan banyak perubahan kebijakan hubungan antar negara. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa setiap kepala negara sudah sangat menyadari bahwa setiap negara tidak akan sanggup mengatasi kebutuhan dan permintaan warganya, dan setiap negara harus bersama-sama mengelola dunia untuk warga dunia. Tidak semua negara memiliki semua yang dibutuhkan warganya. Ada negara yang kuat di sektor pertanian, namun lemah di cadangan mineral. Ada negara yang kuat dalam cadangan mineral, namun sebaliknya lemah dalam pertanian. Bahkan ada yang kuat dalam cadangan kekayaan alam, kuat dalam pertanian, tapi lemah dalam penguasaan teknologi.
Kondisi demikain menyebabkan negara-negara berada dalam kondisi saling membutuhkan satu sama lain, khususnya untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sehubungan dengan itu semua, Indonesia sendiri sudah ikut dalam berbagai kesepatan, antara lain kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang ditandatangani sepuluh negara di Bali tahun 2003. Dan bahkan jauh sebelumnya, Indonesia sudah ikut dalam kesepakatan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), yang melibatkan 21 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Rusia, Papua New Guinea, Meksiko, Chili dan Peru. Selebihnya adalah negara-negara Asia Jepang, Korea selatan, China (RRC), Taiwan (RRC), Hongkong (RRC). Sementara dari negara-negara ASEAN yang sudah ikut dalam kesepakatan adalah Indonesia, Singpore, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam dan Vietnam.
Lalu apa tantangan guru di abad 21 ini? Selengkapnya anda bisa baca di http://www.uinjkt.ac.id/id/menjadi-guru-di-abad-21/
Menjadi Guru di Abad 21
Reviewed by Unknown
on
December 15, 2017
Rating:
No comments: